Sunday, September 23, 2007

Dunianya Aku (1)







Aku...




Ya.., aku bernama lengkap Yogi Elia Ginanjar. Aku terlahir dua puluh dua tahun lalu, di Ciamis. Sebuah daerah di Profinsi Jawa Barat. Tepatnya 15 Juli 1985. Aku putra sulung dari tiga bersaudara, satu lelaki bernama Yoky Marfafi Ramdan, satu lagi perempuan bernama Fenny Novita Sari. Menurut orang tuaku, dulunya Fenny bakal dinamakan Yonny. jadi semuanya Yogi, Yoky dan Yonny. Terible Y. Ternyata akhirnya 'ku tau hal itu 'ga terjadi fren...

Namaku di blog ini Faza, kenapa dengan Faza? Karena, aku ingin selalu menjadi pemenang, pemenang dari segala hal, terutama pemenang dari kehidupan dunia ini and honestly I like this name. TK ku dulu di Bustânul Athfâl, melanjutkan di SDN Situmandala I. Setelah lulus SD aku meneruskan jenjang di PPWS (Pondok Pesantren Wali Songo) selama enam tahun. Aku lulus WS tahun 2004 dan saat ini aku studi di Azhar University at Cairo, jurusan Hadits di Theology Faculty. Puji syukurku kepada Allah Swt, di tahun ini aku sudah duduk ditingkat akhir kuliah. Jika tidak ada halangan, tahun depan Insya allah aku lulus Lc,. Adik ku Yoky, sekarang di PM Gontor I kelas IIIB dan Fennyku masih di bangku 1 SMPN Rancah, SMPN terfavorit di daerahku. Semoga menjadi anak-anak yang shalih-shalihah. Amin. Doaku harafanku…

Kehidupanku berjalan baik, setidaknya baik menurutku. Aku pernah sakit berat di WS dulu, lagi-lagi itu menurutku. Hingga akupun di rawat di RSU Darmayu selama dua hari. Menurut DR saat itu aku terkena gejala Typus, buah dari gaya makanku di WS yang ga teratur. Tapi alhamulillah masih gejala. Aku pun pernah dua kali di rawat di RSU Aisyiyah dengan gejala penyakit yang sama. Waktu itu aku masih duduk di tingkat III. Saat itu sempat terdetik di hati, aku lebih baik keluar dari WS ini. Aku merasa ga cocok lagi di WS. Tapi cita-cita dan keinginan orang tuaku waktu itu jauh lebih besar, finally akupun berhasil menjadi Alumni PPWS ke 38 tanpa sakit dan masuk RSU lagi.
Sembah syukurku...

Dulu, dulu sekali… Cita-citaku selepas lulus WS ada tiga. Sengaja aku targetin tiga, biar jika nantinya yang pertama ga tercapai aku ga confused, karena aku punya target lain. Yang pertama sebenarnya bukan Mesir, tapi STP, Sekolah Tinggi Pariwisata di Bali. Dengan lulus STP aku akan punya jabatan bergengsi, kerja mapan dan gaji besar. Sederhana kan? Tercatat STP ini adalah satu kuliahan kedua yang menjamin masa depan (dalam kerja maksudnya) di Indonesia setelah Kedokteran. Dengan gaji yang diperoleh 50-100 juta perbulan aku merasa sedikit banyak nantinya bisa ikutan nimbrung dakwah dengan fulusku. Aku tau ditubuh umat saat ini sudah banyak manusia pintar, mengerti agama. Agamaku kuat mengakar ditubuh karena manusia-manusia ini, tapi di sisi lain Ia rentan karena ekonomi umat yang masih lemah. Dan bagiku sisi kedua inilah yang bakal menjadi ladang juangku kelak.



Dengan perantara Ustadz Syafaat, ustadz favoritku di WS, akupun berhasil mendapat informasi lebih lanjut tentang STP ini. Formulir pendaftaran pun tinggal kuisi dan beliau siap mengantarku jika suatu waktu aku harus kesana. Tapi kenyataan berkata lain, ternyata cita-cita pertamaku itu kandas di tengah jalan. Keluargaku sedikit keberatan dengan cita-cita gilaku ini, mereka lebih khawatir langkahku malah membuatku jauh dari agama. Memang ada benarnya, dari beberapa bahan yang kudapat, pergaulan di kuliah di STP Bali ini bebas, freelife. Belum lagi dengan lokasi berdirinya STP ini. Konon, hatta untuk mendapatkan makanan 100 % halal saja relatif susah.

Hatiku gundah, hatiku sedih...

Kegundahan hatiku ga bertahan lama, setelah aku dihidangkan kembali dengan cita-cita keduaku. Azhar University in Egypt, sebuah nama universitas besar yang selalu kukagumi. Oldest University in the World. Tercatat dalam sejarah, Azhar telah berhasil mencetak Dr-Dr kaliber internasional, Bpk Prof. Quraish Shihab sang fakar Tafsir di Nusantara salah satu contoh jebolannya. Nalar studiku pun mulai kembali bersemi setelah gugur dengan kandasnya cita-cita pertamaku. Senyum optimisku pun mulai merekah kembali setelah kebisuannya yang pahit. Bismillah ku berucap. Aku mantap dengan cita-cita ini. Aku lari, aku mencari. Aku lari dan mencari sumber berita tentang Azhar. Ust Heryanto, salah satu pimpinan PPWS saat itu yang banyak membantuku. Aku pun mulai menjalin komunikasi dengan kawan-kawan alumni WS yang sudah di Cairo.
Aku bahagia, aku tersenyum puas, aku tidak sendiri saat itu, ada empat teman paling karibku yang bercita-cita sama. Dodi, Herfy, Zainuddin dan Ahfa Rahman. I miis you friends... Kami berlima mulai menyusun langkah awal dengan berusaha belajar lebih rajin. Kala itu Ustadz Heru dan Ustadz Zainuddin ikut pula membimbing kami untuk ujian Depag yang sudah di depan mata. Bak kilat di siang bolong, cita-citaku hampir terhempas kembali setelah mendengar penuturan bahwa kami ga bisa ikut test Depag karena bentrok dengan ujian akhir kelas enam.

Hatiku kelabu, hatiku gerimis...

Orang tuaku pahlawan hatiku. Mungkin itu ungkapan paling tepat yang bisa ku ucap. Mereka bersedia membiyai pemberangkatanku ke Mesir dengan terjun bebas (biaya sendiri: red). Aku mendapat info ini dari bunda sahabat Agus Luthfi, juniorku di WS dan saat ini dia juga mengenyam studi bersamaku di Azhar.




Mataku berkaca-kaca, setelah empat kawan karibku memutuskan menarik langkah dari Azhar. Satu keputusan yang too suddenly bagiku. Dengan kesendirianku aku semakin bertekad dengan cita-cita kedua ini. Aku gak rela dihempaskan untuk kedua kalinya, meski semua itu harus aku tebus dengan kehilangan kawan-kawan istimewaku.

Oh teman... Tanpamu aku seorang diri, tanpamu aku sepi...




















To be continued..




No comments: